Thursday, April 07, 2005

Dampak medis Shalat Tahajjud

Sholat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang melakukannya
mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah (Qs Al-Isra:79) tapi
juga
sangat penting bagi dunia kedokteran. Menurut hasil penelitian Mohammad
Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu shalat sunah itu bisa
membebaskan
seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker. Tidak percaya?
Cobalah
Anda rajin-rajin sholat tahajjud. "Jika anda melakukannya secara rutin,
benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya Anda terbebas dari infeksi dan
kanker".
Ucap Sholeh. Ayah dua anak itu bukan 'tukang obat' jalanan.

Dia melontarkan pernyataanya itu dalam desertasinya yang berjudul
'Pengaruh
Sholat tahajjud terhadap peningkatan Perubahan Response ketahanan Tubuh
Imonologik: Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi" Dengan desertasi itu,

Sholeh berhasil meraih gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran pada
Program Pasca Sarjana Universitas Surabaya, yang dipertahankannya Selasa

pekan lalu. Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan

ibadah salat tambahan atau sholat sunah. Padahal jika dilakukan secara
kontinu, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu
menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada
imonoglobin
M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif,
serta
dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang

dihadapi (coping).

Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar menggugurkan
status
sholat yang muakkadah (Sunah mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada
sisi
rutinitas sholat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan. Selama
ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental

psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan tekhnologi
kedokteran.

Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan
secara
kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol. Parameternya, lanjut
Sholeh,
bisa diukur dengan kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah hormon
kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-690 nmol/liter. Sedang pada
malam hari-atau setelah pukul 24:00 normalnya antara 69-345 nmol/liter.
"Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan orang itu
tidak
ikhlas karena tertekan. Begitu sebaliknya. Ujarnya seraya menegaskan
temuannya ini yang membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama

(Islam) semata-mata dogma atau doktrin.

Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41
responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya.

Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat
tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang

bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat dimulai pukul
02-00-3:30
sebanyak 11* rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam plus tiga

rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium
di
Surabaya (paramita, Prodia dan Klinika).

Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajjud

secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajjud.
Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan
kemampuanindividual untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi
dengan
stabil. "Jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus
sarat
dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi.

Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang
efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress,"
Nah, menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap
penyakit kanker dan infeksi. Dengan sholat tahajjud yang dilakukan
secara
rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan
memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar
dari
penyakit infeksi dan kanker.

Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis menunjukan, sholat tahajjud yang

dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik.

Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui
semua
rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah yang diberikan oleh ALLAH
kepadanya.
Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita???????

Seorang Doktor di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban
yang di temuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan

tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran. Dia adalah
seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin
pengobatan
secara Islam dan oleh sebab itu ia telah membuka sebuah klinik yang
bernama
"Pengobatan Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran
menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam
Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya.

Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor
tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat

beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah.

Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk
berfungsi secara yang lebih normal. Setelah membuat kajian yang memakan
waktu akhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf
di
dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang
yaitu
ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat
tertentu
saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut
kadar
sembahyang 5 waktu yang di wajibkan oleh Islam.

Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang tidak
menunaikan
sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk
berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya

adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah
kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah
ini.

Kesimpulannya: Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak
bersembahyang
apalagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara
normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang
pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal. Justru itu tidak
heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka

mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan secara lebih normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial masyarakat saat ini.

2 Comments:

  • At 3:33 PM, Anonymous Anonymous said…

    Assalamualaikum.

    adakah cara saya dapat berhubung dengan Dr. Saboe tersebut untuk sesi temubual? kerana saya juga akan menjalankan kajian yang hampir sama. jika ada caranya saya boleh menghubungi dr. saboe, sila hubungi saya di emel: nuradilah77@yahoo.co.uk

     
  • At 3:35 PM, Anonymous Anonymous said…

    maaf tersilap, nama penyelidik tersebut dr. sholeh ya? bagaimana saya boleh hubungi dia?

     

Post a Comment

<< Home